Credit images to Goodreads |
Pengarang: Lengogeni Faruk
Diterbitkan Oleh: Gramedia
Halaman: 349 Halaman
Format : Paperback
Mulai membaca : 12 Juni 2015
Selesai membaca : 13 Juni 2015
Rating : 3,6 / 5 bintang
Sinopsis
11 Kids without baby
sitter, without nanny, without maid. Orang tua dengan 6 putra dan 5
putri bekerja sama as a team organizing home like a hotel yang ada room
service, house keeping, kitchen, laundry, etc.
Bahkan mereka sudah meneruskan perniagaan orang tua mulai dari penjualan gadget, fashion wear, jual beli mobil, online market, sampai tour operator yang sedang terus berkembang
Bahkan mereka sudah meneruskan perniagaan orang tua mulai dari penjualan gadget, fashion wear, jual beli mobil, online market, sampai tour operator yang sedang terus berkembang
Review
“Raising
11 kids..without baby sitter, without nanny,without maid. Orang tua
dengan 6 orang putra dan 5 putri bekerja sama as a team organizing home
like a hotel yan ada room service, house keeping, kitchen laundry,etc”
Saya yang pertama kali membaca blurb dari buku ini merasa terkejut. Wow! Di jaman sekarang hidup membesarkan 1 anak saja bukanlah hal yang mudah apalagi 11 anak! :O
Buku ini mengupas kehidupan yang dijalani oleh pasangan suami istri Halilintar dan LengoGeni yang sudah menikah selama 22 tahun dan mengalami pahit manisnya kehidupan. Mereka sering berkeliling dunia untuk melakukan usaha perdagangan dan bahkan anak-anak mereka sudah mulai meneruskan usaha keluarganya mulai dari penjualan gadget, fashionwear, jual beli mobil, online market, dan lainnya.. :O
Why you should read this books?
1.Penasaran gak bagaimana kisah Bapak Halilintar dan Ibu LengoGeni yang sukses membesarkan 11 orang anak?
2.Inspiring! Kelahiran 11 anak ini semuanya kelahiran normal dan semuanya mendapat ASI eksklusif (Bahkan didalam buku ini sampai ada tabel kelahiran dan data menyusui kesebelas anaknya dengan detail!) Kereeen!
3.Pengaturan sekolah disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak (Homeschooling). Senangnya bisa ngeliat gak hanya kegiatan jasmani dan rohani saja tetapi ada juga pembelajaran unsur dalam diri manusia (fisik,akal, nafsu dan hati)
4.Hampir semua anaknya mulai mengikuti jejak orang tuanya yang merambah dalam dunia bisnis.
5.Kalo senang sama foto2 dan travelling mereka hampir setiap saat bepergian ke luar negeri jadi buku ini juga banyak kumpulan fotonya
6.Uniknya lagi buku ini mengupas masing-masing profile putra putri mereka hingga apa minat dan talenta mereka. Ada yang teliti, ada yang berbakat menjadi salesman/spokesperson, ada yang berbakat dalam hal elektro dan yah orang tua mereka tidak pernah memaksakan apa yang harus mereka tekuni
7.Semua anaknya diajarkan untuk mandiri dan menjadi pribadi yang tangguh. Itu hal yang paling suka didalam buku ini. Semuanya memiliki peran dan berusaha maju dengan caranya masing-masing!
Namun sebuah buku tidak bisa lepas dari kekurangannya. Well, ada beberapa sih yang bikin saya kurang sreg sama buku ini seperti hal sebagai berikut :
1.Penggunaan kata bahasa inggris dan bahasa Indonesia/melayu yang dicampur2 jadi gado-gado dalam buku ini.
Contohnya :
”Tidak lama kemudian kakak, Hestia Faruk dan abang, Harnugama Faruk pun mengiringi menikah dengan abang campus mate dan office mate mereka” – Halaman 41
“Wanita mana yang tidak senang dengan mobil mewah, perhiasan nan indah-indah, diamond ring, lots of cash!? Tetapi ketika wanita mengorbankan itu semua dan mengajukan mahar yang ringan, maka sebenarnya starting point dalam membangun mahligai rumah tangga tidak semata-mata mengedepankan keduniawian apalagi kemewahan – Halaman 47”
“First night always, dimana pun, bersama atau tak bersama menjadi suatu keindahan. Sebab, first night bukan diartikan secara physical dan emotional semata. Kesepahaman, keselarasan fikiran dan keselarasan perasaan akan membuat first night yang luar biasa!”-Halaman 56
Saya paham Bapak Halilintar dan Ibu LenggoGeni berasal dari Dumai, sebuah kota di Pekanbaru (Riau) Jadi kalo disadari ada terbawa pengaruh dialek bahasa melayunya. Mungkin untuk penggunaaan bahasanya dari editor sendiri (Sohwa Halilintar) bisa lebih disesuaikan lagi ya tidak terlalu sering dicampur dengan bahasa inggris
2.Penyebutan nama merek-merek elektronik didalam buku ini
Mungkin pesan sponsor tetapi penyebutan nama merek yang disebutin di profil Muhammad Saaih Halilintar dengan detail cukup membuat saya mengerutkan kening contohnya :
”Apalagi kami sudah memakai keluaran terbarunya yang baru keluar November 2014 kemarin yaitu Seri Go Pro Hero 4 black, yang punya banyak kelebihan di antaranya kualitas gambar yang lebih tajam dengan video 4K 30 FpS disbanding seri sebelumnya yang juga sudah canggih Hero 3+ Black” – Halaman 167
“Tak cukup sampai disitu, Saaih juga melakukan proses video editing sendiri untuk video-video yang diambilnya. Editing dilakukannya dengan Mac Book Pro yang highspec menggunakan software final cut pro”-Halaman 167
3. Harga buku yang cukup menguras kantong
Iya benar kalo kalian termasuk yang penasaran sama buku ini dan suka sama halaman ilustrasi yang warna warni bersiaplah merogoh kocek agak dalam. buku lokal ini dibandrol dengan harga IDR 134.000 dan menurut saya itu tergolong mahal.. Kalo saya tidak benar2 tertarik dan penasaran sama kisah keluarga Halilintar ini saya akan berpikir panjang untuk membelinya. Harga segitu soalnya sudah bisa mendapat 1 buku paperback impor yang isinya full bahasa inggris.
Ada hal lain juga yang sempat mengejutkan saya haha.. sesuatu banget deh ya..
”Atta, Sohwa, Sajidah, Thariq kemudian masuk Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK), Sekolah di bawah Kedutaan Besar Republik Indonesia, yang berlokasi di downtown Kuala Lumpur, dekat dengan Putra World Trade Center (PWTC) – seperti JCC-nya Jakarta-dan pusat perbelanjaan The Mall (Sunway Putra Mall)”-Halaman 178
WHATT?! Adek kelas saya dong berarti merekaa! Eaaahh! Dunia sempit banget ketemu sesama alumni SIK haha.. astaga sekarang Yao Han Mall udah berubah nama menjadi The Mall (Sunway Putra Mall). Tampaknya mereka masuk ke sana jauh setelah saya pindah menetap di Indonesia >__<
Last but not least, ada Quotes dibuku ini yang sangat saya sukai :
”Telah dijanjikan bahwa wanita baik untuk lelaki baik, lelaki baik untuk wanita baik. Ternyata ada kaitan antara usaha memperbaiki diri dengan jodoh. Makin tinggi pencapaian seseorang dalam usaha perbaikan dirinya, maka dia akan mendapatkan jodoh yang lebih baik pula”- Halaman 36
*Bagus banget quotes ini untuk jadi bahan intropeksi diri buat saya.
Saya yang pertama kali membaca blurb dari buku ini merasa terkejut. Wow! Di jaman sekarang hidup membesarkan 1 anak saja bukanlah hal yang mudah apalagi 11 anak! :O
Buku ini mengupas kehidupan yang dijalani oleh pasangan suami istri Halilintar dan LengoGeni yang sudah menikah selama 22 tahun dan mengalami pahit manisnya kehidupan. Mereka sering berkeliling dunia untuk melakukan usaha perdagangan dan bahkan anak-anak mereka sudah mulai meneruskan usaha keluarganya mulai dari penjualan gadget, fashionwear, jual beli mobil, online market, dan lainnya.. :O
Why you should read this books?
1.Penasaran gak bagaimana kisah Bapak Halilintar dan Ibu LengoGeni yang sukses membesarkan 11 orang anak?
2.Inspiring! Kelahiran 11 anak ini semuanya kelahiran normal dan semuanya mendapat ASI eksklusif (Bahkan didalam buku ini sampai ada tabel kelahiran dan data menyusui kesebelas anaknya dengan detail!) Kereeen!
3.Pengaturan sekolah disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak (Homeschooling). Senangnya bisa ngeliat gak hanya kegiatan jasmani dan rohani saja tetapi ada juga pembelajaran unsur dalam diri manusia (fisik,akal, nafsu dan hati)
4.Hampir semua anaknya mulai mengikuti jejak orang tuanya yang merambah dalam dunia bisnis.
5.Kalo senang sama foto2 dan travelling mereka hampir setiap saat bepergian ke luar negeri jadi buku ini juga banyak kumpulan fotonya
6.Uniknya lagi buku ini mengupas masing-masing profile putra putri mereka hingga apa minat dan talenta mereka. Ada yang teliti, ada yang berbakat menjadi salesman/spokesperson, ada yang berbakat dalam hal elektro dan yah orang tua mereka tidak pernah memaksakan apa yang harus mereka tekuni
7.Semua anaknya diajarkan untuk mandiri dan menjadi pribadi yang tangguh. Itu hal yang paling suka didalam buku ini. Semuanya memiliki peran dan berusaha maju dengan caranya masing-masing!
Namun sebuah buku tidak bisa lepas dari kekurangannya. Well, ada beberapa sih yang bikin saya kurang sreg sama buku ini seperti hal sebagai berikut :
1.Penggunaan kata bahasa inggris dan bahasa Indonesia/melayu yang dicampur2 jadi gado-gado dalam buku ini.
Contohnya :
”Tidak lama kemudian kakak, Hestia Faruk dan abang, Harnugama Faruk pun mengiringi menikah dengan abang campus mate dan office mate mereka” – Halaman 41
“Wanita mana yang tidak senang dengan mobil mewah, perhiasan nan indah-indah, diamond ring, lots of cash!? Tetapi ketika wanita mengorbankan itu semua dan mengajukan mahar yang ringan, maka sebenarnya starting point dalam membangun mahligai rumah tangga tidak semata-mata mengedepankan keduniawian apalagi kemewahan – Halaman 47”
“First night always, dimana pun, bersama atau tak bersama menjadi suatu keindahan. Sebab, first night bukan diartikan secara physical dan emotional semata. Kesepahaman, keselarasan fikiran dan keselarasan perasaan akan membuat first night yang luar biasa!”-Halaman 56
Saya paham Bapak Halilintar dan Ibu LenggoGeni berasal dari Dumai, sebuah kota di Pekanbaru (Riau) Jadi kalo disadari ada terbawa pengaruh dialek bahasa melayunya. Mungkin untuk penggunaaan bahasanya dari editor sendiri (Sohwa Halilintar) bisa lebih disesuaikan lagi ya tidak terlalu sering dicampur dengan bahasa inggris
2.Penyebutan nama merek-merek elektronik didalam buku ini
Mungkin pesan sponsor tetapi penyebutan nama merek yang disebutin di profil Muhammad Saaih Halilintar dengan detail cukup membuat saya mengerutkan kening contohnya :
”Apalagi kami sudah memakai keluaran terbarunya yang baru keluar November 2014 kemarin yaitu Seri Go Pro Hero 4 black, yang punya banyak kelebihan di antaranya kualitas gambar yang lebih tajam dengan video 4K 30 FpS disbanding seri sebelumnya yang juga sudah canggih Hero 3+ Black” – Halaman 167
“Tak cukup sampai disitu, Saaih juga melakukan proses video editing sendiri untuk video-video yang diambilnya. Editing dilakukannya dengan Mac Book Pro yang highspec menggunakan software final cut pro”-Halaman 167
3. Harga buku yang cukup menguras kantong
Iya benar kalo kalian termasuk yang penasaran sama buku ini dan suka sama halaman ilustrasi yang warna warni bersiaplah merogoh kocek agak dalam. buku lokal ini dibandrol dengan harga IDR 134.000 dan menurut saya itu tergolong mahal.. Kalo saya tidak benar2 tertarik dan penasaran sama kisah keluarga Halilintar ini saya akan berpikir panjang untuk membelinya. Harga segitu soalnya sudah bisa mendapat 1 buku paperback impor yang isinya full bahasa inggris.
Ada hal lain juga yang sempat mengejutkan saya haha.. sesuatu banget deh ya..
”Atta, Sohwa, Sajidah, Thariq kemudian masuk Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK), Sekolah di bawah Kedutaan Besar Republik Indonesia, yang berlokasi di downtown Kuala Lumpur, dekat dengan Putra World Trade Center (PWTC) – seperti JCC-nya Jakarta-dan pusat perbelanjaan The Mall (Sunway Putra Mall)”-Halaman 178
WHATT?! Adek kelas saya dong berarti merekaa! Eaaahh! Dunia sempit banget ketemu sesama alumni SIK haha.. astaga sekarang Yao Han Mall udah berubah nama menjadi The Mall (Sunway Putra Mall). Tampaknya mereka masuk ke sana jauh setelah saya pindah menetap di Indonesia >__<
Last but not least, ada Quotes dibuku ini yang sangat saya sukai :
”Telah dijanjikan bahwa wanita baik untuk lelaki baik, lelaki baik untuk wanita baik. Ternyata ada kaitan antara usaha memperbaiki diri dengan jodoh. Makin tinggi pencapaian seseorang dalam usaha perbaikan dirinya, maka dia akan mendapatkan jodoh yang lebih baik pula”- Halaman 36
*Bagus banget quotes ini untuk jadi bahan intropeksi diri buat saya.
0 comments:
Post a Comment